Inilah aku,
gadis remaja yang hidup dalam belenggu kekerasan. Sejak kecil, aku selalu
melihat kekerasan. Sejak dalam kandungan ibu, aku sudah mengenal apa dan
bagaimana rasa pukulan, tamparan, tendangan, dan segala perilaku serta bahasa
kasar. Didalam kandungan yang penuh kasih sayang Tuhan, aku dapat meraba
kelakuan kasar orang-orang disekitarku. Ayah, ibu, kakek, nenek, pakdhe, budhe,
tetangga… tak henti-hentinya berperilaku kasar. Hingga lahirlah aku, selalu
dibalut dengan kekerasan dan dididik dengan kekerasan pula.
Waktu terus
berjalan, hingga aku dapat merasakan sakitnya raga dan hati ini menerima
perilaku itu. Tiada hari tanpa kekerasan membuatku putus asa. Nyaris saja aku
mengakhiri hidup. Yap, diumur 9 tahun,
pernah ku mencoba bunuh diri.
Satu pisau
tajam sudah ku siapkan. Aku ambil pisau itu, lalu ingin ku goreskan di
pergelangan tangan. Namun, aku takut. Aku tidak jadi melakukannya. Aku mencoba
cara lain. Aku siapkan seutas tali. Lalu, aku menggantungnya dilangit-langit
kamar dan mencoba menggantungkan diri. Tapi, leherku terasa sakit saat tali itu
mulai menegang. Aku tidak jadi gantung diri, aku tidak mau sakit.
Aku berdiam
diri dikamar. Ku pikirkan semua usahaku untuk bunuh diri. Air mata membanjiri
wajahku. Aku sangat merasa berdosa dengan apa yang aku lakukan tadi. Ku sudahi
semuanya. Ku coba untuk tegar menghadapi cobaan ini. Ku mulai menjalani hidup
kembali. Ku coba menjalaninya dengan sebaik mungkin walau rasa ini telah mati.
Semua hambar, aku sudah lelah bersedih, aku jelas tidak dapat bahagia, aku
tidak memiliki tenaga untuk marah. Aku menangis, tertawa, marah… hanya
sandiwara belaka. Sungguh tidak nikmat
menjalani hidup seperti ini. Aku benci hidupku. Apakah aku harus menyalahkan
orang tuaku? Menyalahkan semua orang disekitarku? Mereka yang membuat aku
menjadi seperti ini. Pertanyaan ini terus aku simpan dan menanti jawabannya.
Tak terasa
waktu berjalan cepat. Kini aku sudah remaja. Tersadarlah aku dari hidup yang
kelam. Aku mulai mengambil sisi baik dari semuanya walau aku sendiri tidak
yakin akan kebaikan dari didikan kasar. Aku menyimpulkan bahwa sebenarnya orang
tuaku sayang aku. Hanya saja caranya seperti ini. Mereka tidak membenciku,
mereka menyayangiku. Ku coba untuk menyayangi mereka juga dan inilah hasilnya,
hidupku terasa indah walau masih banyak kekerasan yang ada. Hidupku menjadi
lebih berguna saat ini. Banyak orang membutuhkanku, dan aku juga membutuhkan
banyak orang. Ternyata didunia ini aku tidak sendiri. Masih banyak yang menyayangiku.
Aku menyesali pikiranku selama ini yang menganggap tidak ada yang sayang
kepadaku.
Jadi, nikmati
saja alur hidupmu. Hidup ini seperti jalur jet coaster. Ada tanjakan, turunan,
dan datar. Bila kita melaluinya dengan gelap hati, maka kita akan takut dan
hanya merasa tersiksa. Namun, bila kita melauinya dengan senang, kita akan
merasa asyik walau saat itu kita sedang berada ditikungan tajam. Nikmati saja
masa sekarang yang pasti tidak akan terulang. Pasti ada hikmah debalik semua
ini yang dapat menjadi pelajaran berharga.
0 komentar:
Posting Komentar
yok mari mari komentnyaaaa