Senin, 16 Januari 2012

Nikmati Hidupmu



     Inilah aku, gadis remaja yang hidup dalam belenggu kekerasan. Sejak kecil, aku selalu melihat kekerasan. Sejak dalam kandungan ibu, aku sudah mengenal apa dan bagaimana rasa pukulan, tamparan, tendangan, dan segala perilaku serta bahasa kasar. Didalam kandungan yang penuh kasih sayang Tuhan, aku dapat meraba kelakuan kasar orang-orang disekitarku. Ayah, ibu, kakek, nenek, pakdhe, budhe, tetangga… tak henti-hentinya berperilaku kasar. Hingga lahirlah aku, selalu dibalut dengan kekerasan dan dididik dengan kekerasan pula.
     Waktu terus berjalan, hingga aku dapat merasakan sakitnya raga dan hati ini menerima perilaku itu. Tiada hari tanpa kekerasan membuatku putus asa. Nyaris saja aku mengakhiri hidup. Yap, diumur  9 tahun, pernah ku mencoba bunuh diri.
     Satu pisau tajam sudah ku siapkan. Aku ambil pisau itu, lalu ingin ku goreskan di pergelangan tangan. Namun, aku takut. Aku tidak jadi melakukannya. Aku mencoba cara lain. Aku siapkan seutas tali. Lalu, aku menggantungnya dilangit-langit kamar dan mencoba menggantungkan diri. Tapi, leherku terasa sakit saat tali itu mulai menegang. Aku tidak jadi gantung diri, aku tidak mau sakit.
     Aku berdiam diri dikamar. Ku pikirkan semua usahaku untuk bunuh diri. Air mata membanjiri wajahku. Aku sangat merasa berdosa dengan apa yang aku lakukan tadi. Ku sudahi semuanya. Ku coba untuk tegar menghadapi cobaan ini. Ku mulai menjalani hidup kembali. Ku coba menjalaninya dengan sebaik mungkin walau rasa ini telah mati. Semua hambar, aku sudah lelah bersedih, aku jelas tidak dapat bahagia, aku tidak memiliki tenaga untuk marah. Aku menangis, tertawa, marah… hanya sandiwara belaka.  Sungguh tidak nikmat menjalani hidup seperti ini. Aku benci hidupku. Apakah aku harus menyalahkan orang tuaku? Menyalahkan semua orang disekitarku? Mereka yang membuat aku menjadi seperti ini. Pertanyaan ini terus aku simpan dan menanti jawabannya.
     Tak terasa waktu berjalan cepat. Kini aku sudah remaja. Tersadarlah aku dari hidup yang kelam. Aku mulai mengambil sisi baik dari semuanya walau aku sendiri tidak yakin akan kebaikan dari didikan kasar. Aku menyimpulkan bahwa sebenarnya orang tuaku sayang aku. Hanya saja caranya seperti ini. Mereka tidak membenciku, mereka menyayangiku. Ku coba untuk menyayangi mereka juga dan inilah hasilnya, hidupku terasa indah walau masih banyak kekerasan yang ada. Hidupku menjadi lebih berguna saat ini. Banyak orang membutuhkanku, dan aku juga membutuhkan banyak orang. Ternyata didunia ini aku tidak sendiri. Masih banyak yang menyayangiku. Aku menyesali pikiranku selama ini yang menganggap tidak ada yang sayang kepadaku.
     Jadi, nikmati saja alur hidupmu. Hidup ini seperti jalur jet coaster. Ada tanjakan, turunan, dan datar. Bila kita melaluinya dengan gelap hati, maka kita akan takut dan hanya merasa tersiksa. Namun, bila kita melauinya dengan senang, kita akan merasa asyik walau saat itu kita sedang berada ditikungan tajam. Nikmati saja masa sekarang yang pasti tidak akan terulang. Pasti ada hikmah debalik semua ini yang dapat menjadi pelajaran berharga. 

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

yok mari mari komentnyaaaa